Minggu, 25 Mei 2014

Review Joe Dever’s Lone Wolf – Sistem Fighting yang Unik Namun Terlalu Sulit

Review Joe Dever’s Lone Wolf – Sistem Fighting yang Unik Namun Terlalu Sulit


Kamu suka membaca novel dan juga suka bermain game? Sulit membagi waktu kamu dengan dua hobi yang luar biasa tersebut? Melalui Game Joe Dever’s Lone Wolf kamu bisa melakukan kedua hal tadi secara bersamaan! Singkatnya, game satu ini adalah game visual novel dengan dukungan sistem fighting yang dikemas secara 3D.
Preview game ini pernah diulas oleh Hendri. Maka review kali ini akan lebih condong ke arah ‘feel’ saya ketika memainkannya. Kesan pertama saya cukup positif seperti kesan pertama hendri. Mulai dari perpaduan novel dengan combat gameplay yang dikemas secara baik, kualitas grafis yang baik, dan jalan cerita novel yang sangat interaktif. Namun kesan-kesan yang positif pertama perlahan luntur seiring lamanya saya memainkan game ini. Kenapa? Read on..

Gameplay

Karena teknikal gameplaynya sudah dijelaskan melalui preview sebelumnya, maka sebaiknya bagi kamu yang belum pernah membaca previewnya, saya sarankan kamu segera membaca preview tersebut terlebih dahulu agar kamu bisa lebih menangkap apa yang saya tulis di bawah.
Kita mulai gameplay dalam mode novel terlebih dahulu. Sangat disayangkan karena pilihan keputusan kamu tidak akan berpengaruh secara signifikan ke story line utamanya. Memang ada beberapa pilihan keputusan yang akan menggeser arah jalan ceritanya, namun pergeseran jalan ceritanya tidak akan terlalu melenceng jauh.
Joe Dever's Lone Wolf | Screenshot 1
Contohnya ketika kamu memutuskan untuk memberikan tawanan makanan daripada membiarkananya. Maka perbedaannya hanyalah sebatas reward item yang akan kamu dapatkan. Sering kali saya mengalami kejadian-kejadian yang seperti tadi, yang mana memberikan kamu pilihan namun hanya menimbulkan perbedaan reward item saja.
Contoh pilihan yang agak mengecewakan lagi adalah pilihan membuka pintu (dan ini akan sangat sering kamu jumpai pula). Kamu dapat membuka pintu dengan cara mendobraknya atau menggunakan lockpick. Apabila kamu mendobrak pintu maka strength kamu akan bertambah (itu pun tidak signifikan), apabila menggunakan lockpick maka skill lockpick kamu akan semakin meningkat. Reward model seperti ini malah akan menjebak kita dalam sebuah cara saja, karena jika lockpick kamu sudah tinggi maka selanjutnya kamu akan cenderung untuk menggunakan lockpick dan lama-lama walaupun terdapat pilihan kamu pada dasarnya tidak punya alasan untuk mendobrak, karena lockpick kamu sudah tinggi.
Review Lone Wolf | Screenshot 2
Untuk urusan fightingnya sendiri pun saya kurang puas. Fighting di game ini sangat sulit untuk dimenangkan. Setiap musuh memiliki damage yang besar (padahal musuhnya tergolong kroco) dan dapat melakukan heal diri sendiri dengan jumlah besar (saya cukup terkejut melihat monster semacam warrior goblin yang bisa healing karena itu jarang sekali ditemui di cerita RPG). Saya mengalami banyak kekalahan yang mengharuskan saya mengulang fightingnya dengan tingkat kesulitan lebih mudah.
Kalaupun saya memenangkan fightingnya, HP saya pun sudah tinggal sedikit. Lebih menderitanya lagi, HP sisa saya dipertarungan sebelumnya akan digunakan untuk pertarungan saya berikutnya. Hal tersebut bukan masalah besar apabila potion mudah saya dapatkan, masalahnya potion sangatlah langka di game ini. Merchant, baru kamu temui di chapter 2 akhir (kamu perlu bermain 30 menit – 1 jam untuk mencapai chapter 2) dan kamu pun tidak dapat menggunakan skill heal ketika memasuki mode novel (duh!). Logikanya ketika kamu tidak dalam pertarungan seharusnya kamu punya banyak kesempatan untuk melakukan heal bukan?
Review Lone Wolf | Screenshot 5
Sebenarnya ada cara untuk heal diri sendiri di menu novel namun juga sangat tidak terlalu membantu yaitu dengan cara meditasi. Tetapi kamu harus mengamankan sebuah wilayah terlebih dahulu dari musuh-musuh yang mana membutuhkan tiga kali pertarungan padahal masuk ke pertarungan ke dua saja sudah benar-benar membuat darah kamu bercucuran.
Kreatifitas game ini pun juga perlu dipertanyakan. Monster yang saya hadapi dari chapter satu sampai tiga selalu sama. Tidak hanya kroconya tetapi kesamaan juga berlaku pada bossnya! Selama itu saya terus menghadapi musuh yang menggunakan pedang satu tangan. Seharusnya jenis monster seperti ini bisa digali lebih dalam, misalnya menambah jenis monster archer, penyihir, atau thief.

Presentation

Review Lone Wolf | Screenshot 2
Walaupun dari segi gameplay mengecewakan, hal yang berkebalikan terdapat pada presentation-nya. Interface yang terdapat di game ini susunannya tergolong rapi dan sangat kental dengan nuansa zaman dahulu. Tulisan novelnya pun meskipun ditulis dengan gaya tegak bersambung namun cukup mudah dibaca.
Untuk urusan grafis saat combat mode, kualitasnya bahkan tergolong sangat baik hanya saja seperti monsternya, background battlenya pun hanya itu-itu saja sehingga terkesan membosankan. Efek skill ataupun serangan biasanya cukup baik walau tidak terlalu indah.

Pricing & IAP

Untuk mendapatkan Joe Dever’s Lone Wolf, kamu harus merogoh saku kamu sebesar Rp 49.000 di App Store dan $4.99 di Google Play. Harga yang lumayan tinggi memang, tetapi untungnya tidak terdapat IAP di game ini sehingga kamu tidak perlu merogoh saku lagi untuk konten tambahan.

Verdict

Tingkat kesulitan yang di setting terlalu tinggi adalah titik lemah dari game ini. Hal tersebut menjadikan Joe Dever’s Lone Wolf kurang bisa dinikmati secara maksimal. Pilihan-pilihan pada mode novel yang tidak mempunyai pengaruh terhadap jalan cerita juga terbilang mengecewakan. Namun keindahan grafis serta sistem gameplaynya yang unik menolong skor penilaian game ini terutama bagi kamu yang suka membaca novel dan suka bermain game. Kesimpulannya, game ini tidak terlalu istimewa buat saya.
Google Play Link: Joe Dever’s Lone Wolf, $4.99

0 komentar:

Posting Komentar